JAKARTA – Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) diyakini dapat mengelola investasi sebesar Rp 500 triliun untuk berbagai proyek infrastruktur strategis nasional.
Staf Khusus Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi Kementerian Keuangan Masyita Crystallin menyatakan, LPI yang diharapkan beroperasi mulai 1 April mendapat modal awal Rp 75 triliun. “Dengan modal itu, LPI dapat me-leverage investasi tiga kali lipat atau senilai Rp 225 triliun,” kata dia dalam Zoom With Primus yang disiarkan langsung Berita Satu TV, Kamis (14/1/2021).
Dengan melihat animo investor global dan investor strategis yang sangat besar terhadap lembaga ini, kata Masyita, LPI akan dengan mudah mampu mengelola investasi sekitar Rp 500 triliun. “Angka itu akan dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama,” kata dia.
Sedangkan Direktur Utama PT Waskita Karya Destiawan Soewarjono menyebutkan, pihaknya siap menawarkan 11 proyel tol yang potensial kepada LPI. Di luar itu, perseroan sudah menawarkan lima ruas tol kepada investor strategis dan kini sedang dalam tahap negosiasi final. “Pertengahan semester I ini diharapkan kita sudah bisa deal dengan LPI,” kata dia.
Pada acara yang sama, ekonom dan praktisi pasar modal Lucky Bayu Purnomo menyatakan bahwa emiten infratruktur harus berlomba menawarkan proyek-proyek dengan return tinggi kepada LPI atau Sovereign Wealth Fund. “Kuncinya ada di return,” kata dia.
Sejauh ini, total komitmen investasi asing di LPI hingga kini telah mencapai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 113,2 triliun. Rinciannya, komitmen investasi dari United States International Development Finance Corporation (US IDFC) asal Amerika Serikat sebesar US$ 2 miliar dan dari Japan Bank for International Cooperation (JBIC) asal Jepang sebesar US$ 4 miliar. Yang terakhir adalah Kanada yang telah berkomitmen untuk ikut menanamkan modal sebesar US$ 2 miliar di LPI.
Editor: Hari Gunarto (hari_gunarto@investor.co.id)